Rizki, S.Si., M.P.
Sayuran merupakan sebutan umum bagi bahan pangan asal tumbuhan yang biasanya mengandung kadar air tinggi dan dikonsumsi dalam keadaan segar atau setelah diolah secara minimal. Sebutan untuk beraneka jenis sayuran disebut sebagai sayur-sayuran atau sayur-mayur. Sejumlah sayuran dapat dikonsumsi mentah tanpa dimasak terlebih dahulu, sementara yang lainnya harus diolah terlebih dahulu dengan cara direbus, dikukus, digoreng, atau disangrai. Sayuran berbentuk daun yang dimakan mentah disebut sebagai lalapan. "Sayur", sebagai kata dasar untuk sayuran, merupakan komponen pendamping nasi (atau makanan pokok lainnya) yang berkuah cair atau agak kental. "Sayuran" adalah segala sesuatu yang berasal dari tumbuhan (termasuk jamur) yang dapat disayur; dengan pengungkapan lain: segala sesuatu yang dapat atau layak disayur. Apabila dimakan secara segar bagian tumbuhan itu biasanya disebut lalapan.
Istilah "sayuran" tidak diberi batasan secara ilmiah. Kebanyakan sayuran adalah bagian vegetatif dari tumbuhan, umumnya daun (juga beserta tangkainya), tetapi dapat pula batang yang masih muda (misalnya rebung) atau bonggol umbi. Beberapa sayuran adalah bagian tumbuhan yang tertutup tanah, seperti wortel dan lobak. Terdapat pula sayuran yang berasal dari organ generatif, seperti bunga (misalnya kecombrang dan turi), buah (misalnya terong, tomat, dan kapri), dan biji (misalnya buncis dan kacang merah). Bagian tumbuhan lainnya yang juga dianggap sayuran adalah tongkol jagung (baby corn). Meskipun secara ilmiah bukan tumbuhan, bagian cendawan yang dapat dimakan (biasa disebut jamur) juga digolongkan sebagai sayuran.
Walaupun berkadar air tinggi, buah-buahan tidak dianggap sebagai sayur-sayuran karena langsung dikonsumsi, biasanya rasanya manis dan tidak cocok untuk disayur. Beberapa sayuran dapat pula menjadi bagian dari sumber pengobatan, bumbu masak, atau rempah-rempah. Sayuran dikonsumsi dengan cara yang sangat bermacam-macam, baik sebagai bagian dari menu utama maupun sebagai makanan sampingan. Kandungan nutrisi antara sayuran yang satu dan sayuran yang lain pun berbeda-beda, meski umumnya sayuran mengandung sedikit protein atau lemak, dengan jumlah vitamin, provitamin, mineral, fiber dan karbohidrat yang bermacam-macam. Beberapa jenis sayuran bahkan telah diklaim mengandung zat antioksidan, antibakteri, antijamur, maupun zat anti racun. Namun, seringkali sayuran juga mengandung racun dan antinutrisi seperti α-solanin, α-chaconine, enzim inhibitor (dari cholinesterase, protease, amilase, dsb), sianida dan sianida prekursor, asam oksalat, dan banyak lagi. Tergantung pada konsentrasi, senyawa tersebut dapat mengurangi sifat dapat dimakan (edibility, palatability), nilai gizi, dan manfaat kesehatan dari diet sayuran. Memasak dan mengolahnya dapat mengurangi sejumlah zat tersebut.
Melakukan diet dengan mengonsumsi jumlah sayuran dan buah-buahan yang cukup dapat menurunkan risiko penyakit jantung dan diabetes tahap 2. Dengan diet ini pula, dapat membantu melawan kanker dan mengurangi keropos tulang. Selain itu, dengan kita mengonsumsi zat potasium (banyak ditemui pada buah dan sayur-mayur) akan membantu mencegah terbentuknya batu ginjal.
Warna hijau yang ada pada daun sayuran berasal dari pigmen klorofil (zat hijau daun). Klorofil ini dipengaruhi oleh pH (keasaman) dan berubah warna menjadi hijau olive dalam kondisi asam, dan berubah menjadi hijau cerah dalam kondisi basa. Sejumlah asam tadi dikeluarkan dari batang sayuran dalam proses memasak, khususnya bila dimasak tanpa penutup.
Warna kuning/oranye yang ada pada buah-buahan berasal dari zat yang bernama karotenoid. Di mana zat ini juga dipengaruhi oleh proses memasak yang normal atau perubahan pH (zat asam).
Warna merah/biru pada beberapa buah dan sayuran (contoh: kubis merah) adalah karena zat anthocyanin, yang mana zat ini sensitif terhadap perubahan pH. Ketika pH dalam keadaan netral, pigmen berwarna ungu, ketika terdapat asam, menjadi merah, dalam kondisi basa, menjadi biru. Pigmen ini sangat larut dalam air.
Lanjutkan ke:
b. Polycarpa
Source:
Rafsanjani, Rizha Novie. 2015. Pengaruh Iklim Mikro Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Secara Vertikultur. Skripsi. UGM. Yogyakarta.
http://www.andikaflorist.com/p/cara-menanam.html
http://www.gerbangpertanian.com/2015/04/pengaruh-iklim-terhadap-tanaman.html
http://setiono774.blogspot.co.id/2010/11/pengaruh-iklim-mikro-terhadap-tanaman.html
https://feelinbali.blogspot.co.id/2013/06/makalah-biologi-iklim-mikro-meso-dan.html
http://zero-zeos.blogspot.co.id/2015/01/dasar-dasar-agronomi-tanaman-annual.html
https://hewantumbuhan.com/2013/10/04/10-macam-tanaman-perkebunan-yang-menjanjikan/
http://www.seputarpertanian.com/2016/05/macam-macam-tanaman-perkebunan-paling.html
http://aneka-tanaman-perkebunan.blogspot.co.id/2014/10/jenis-jenis-tanaman-perkebunan.html
http://www.satujam.com/luas-wilayah-indonesia/
Rafsanjani, Rizha Novie. 2015. Pengaruh Iklim Mikro Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Secara Vertikultur. Skripsi. UGM. Yogyakarta.
http://www.andikaflorist.com/p/cara-menanam.html
http://www.gerbangpertanian.com/2015/04/pengaruh-iklim-terhadap-tanaman.html
http://setiono774.blogspot.co.id/2010/11/pengaruh-iklim-mikro-terhadap-tanaman.html
https://feelinbali.blogspot.co.id/2013/06/makalah-biologi-iklim-mikro-meso-dan.html
http://zero-zeos.blogspot.co.id/2015/01/dasar-dasar-agronomi-tanaman-annual.html
https://hewantumbuhan.com/2013/10/04/10-macam-tanaman-perkebunan-yang-menjanjikan/
http://www.seputarpertanian.com/2016/05/macam-macam-tanaman-perkebunan-paling.html
http://aneka-tanaman-perkebunan.blogspot.co.id/2014/10/jenis-jenis-tanaman-perkebunan.html
http://www.satujam.com/luas-wilayah-indonesia/
loading...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar