Selamat Datang di situs materi perkuliahan yang diampu oleh Rizki, S.Si., M.P email: khi_bio@yahoo.com

Welcome on Rizkibio Web Learning


Bismillahirrahmaanirrahiim

Selamat datang di Web bimbingan Rizki, S.Si., M.P., Lecturer Program Studi Budidaya Tanaman Hortikultura, Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Web ini di buat dengan tujuan untuk mempermudah mahasiswa dalam mendapatkan dan memahami konsep-konsep tentang mata kuliah yang dibimbing oleh penulis. Mereka tetap dapat mengakses materi tentang perkuliahan dimanapun mereka berada melalui smartphone, netbook, laptop, atau komputer yang terhubung dengan internet. Web ini juga dapat membantu mahasiswa dalam melakukan praktikum karena dalam web ini juga disediakan foto-foto objek atau gambar bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam praktikum (dalam pengembangan).
Semoga bermanfaat dan Selamat Belajar...........

Cara Kerja Racun dan Efek Racun

Racun yang masuk ke dalam tubuh dapat dikelompokkan berdasarkan mekanisme kerjanya dalam tubuh manusia: 

Orang Keracunan
Racun yang bekerja lokal atau setempat.Umumnya akan menimbulkan rasa nyeri yang hebad dan dapat disertai dengan perforasi. Zat-zat korosif, misalnya lison, asam kuat, basa kuat. Bersifat iritasi, misalnya arsen,HgCL2, Bersifat anestetik, misalnya kokain,asam karbon

Racun yang bekerja secara sistematik.Umumnya golongan ini memiliki afinitas terhadap salah satu organ atau sistem. 1) Susunan saraf pusat : narkotika, barbiturat, dan alkohol. 2) Jantung : digitalis dan asam oksalat 3) Enzim pernapasan sel : karbon monoksida dan sianida  4) Hati : insektisida golongan “chlorinated hydrocarbond” dan golongan fosfor organik 5) Medulla spinalis : strychnine. 6) Ginjal : cantharides dan HgCL2 

Racun yang bekerja secara lokal dan sistematik. Pada golongan ini racun yang pada awalnya bersifat lokal dapat masuk kedarah secara sistematik dan menekan pusat pernafasan. 1) Asam oksalat  2) Asam karbol 

Selain menimbulkan rasa nyeri juga akan menimbulkan depresi pada susunan saraf pusat (efek sistemik).hal ini di mungkinkan karena sebagian dari asam katrol akan di serap dan berpengaruh terhadap otak. (Nawawi,1989). 

Bahan kimia yang masuk kebadan dapat mempengaruhi fungsi tubuh manusia sehingga dapat mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan atau keracunan,bahkan dapat menimbulkan kematian. 

1) Penyebaran racun ke dalam tubuh: 

Racun masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir, misal pada jalan pencernaa,pernapasan atau mata.organ-organ tubuh yang biasanya terkena racun adalah paru-paru,hati (hepar), susunan saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang ), sumsum tulang, ginjal, kulit, susunan saraf tepi, dan darah.Efek racun pada tubuh juga akan memberikan efek local seperti iritasi,reaksi alergi, dermatitis, ulkus, jerawat, dan gejalah lain.Gejalah-gejalah keracunan sistematis juga tergantung pada organ tubuh yang terkena 

2) fungsi detoksikasi hati (hepar): 

Racun yang akan masuk kedalam tubuh akan mengalami proses detoksikasi(dinetralisasi) didalam hati oleh fungsi hati(hepar). Senyawa racun ini akan di ubah menjadi senyawa racun yang lain yang sifatnya tidak beracun terhadap tuuh.jika jumlah racu yang masuk kedalam tubuh relatif kecil / sedikit dan fungsi detoksikasi hati(hepar) baik,dalam tubuh kita tidak akan terjadi gejalah keracunan.Namun apabila racun yang masuk jumlahnya besar,fungsi detoksikasi hati (hepar) akan mengalami kerusakan. 

Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja racun 

1) Cara pemberian 

Setiap racun baru akan menimbulkan efek yang maksimal pada tubuh jika cara pemberiannya tepat. Misalnya jika racun-racun yang berbentuk gas tentu akan memberikan efek maksimal bila masuknya ke dalam tubuh secara inhalasi. Jika racun tersebut masuk ke dalam tubuh secara ingesti tentu tidak akan menimbulkan akibat yang sama hebatnya walaupun dosis yang masuk ke dalam tubuh sama besarnya. 

Berdasarkan cara pemberian, maka umumnya racun akan paling cepat bekerja pada tubuh jika masuk secara inhalasi, kemudian secara injeksi ingesti, absorbsi melalui mukosa, dan yang paling lambat jika racun tersebut masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang sehat. 

2) Keadaan tubuh 

a) Umur 

Pada umumnya anak-anak dan orang tua lebih sensitif terhadap racun bila dibandingkan dengan orang dewasa. Tetapi pada beberapa jenis racun seperti barbiturate dan belladonna, justru anak-anak akan lebih tahan. 

b) Kesehatan 

Pada orang-orang yang menderita penyakit hati atau penyakit ginjal, biasanya akan lebih mudah keracunan bila dibandingkan dengan orang sehat, walaupun racun yang masuk ke dalam tubuhnya belum mencapai dosis toksis. Hal ini dapat dimengerti karena pada orang-orang tersebut, proses detoksikasi tidak berjalan dengan baik, demikian pula halnya dengan ekskresinya. Pada mereka yang menderita penyakit yang disertai dengan peningkatan suhu atau penyakit pada saluran pencernaan, maka penyerapan racun pada umumnya jelek, sehingga jika pada penderita tersebut terjadi kematian, kita tidak boleh terburu-buru mengambil kesimpulan bahwa kematian penderita disebabkan oleh racun. Dan sebaliknya pula kita tidak boleh tergesa-gesa menentukan sebab kematian seseorang karena penyakit tanpa melakukan penelitian yang teliti, misalnya pada kasus keracunan arsen (tipe gastrointestinal) dimana disini gejala keracunannya mirip dengan gejala gastroenteritis yang lumrah dijumpai. 

c) Kebiasaan 

Faktor ini berpengaruh dalam hal besarnya dosis racun yang dapat menimbulkan gejala-gejala keracunan atau kematian, yaitu karena terjadinya toleransi. Tetapi perlu diingat bahwa toleransi itu tidak selamanya menetap. Menurunnya toleransi sering terjadi misalnya pada pencandu narkotik, yang dalam beberapa waktu tidak menggunakan narkotik lagi. Menurunnya toleransi inilah yang dapat menerangkan mengapa pada para pencandu tersebut bisa terjadi kematian, walaupun dosis yang digunakan sama besarnya. 

3 Hipersensitif (alergi – idiosinkrasi) 

Banyak preparat seperti vitamin B1, penisilin, streptomisin dan preparat-preparat yang mengandung yodium menyebabkan kematian, karena sikorban sangat rentan terhadap preparat-preparat tersebut. Dari segi ilmu kehakiman, keadaan tersebut tidak boleh dilupakan, kita harus menentukan apakah kematian korban memang benar disebabkan oleh karena hipersensitif dan harus ditentukan pula apakah pemberian preparat-preparat mempunyai indikasi. Ada tidaknya indikasi pemberi preparat tersebut dapat mempengaruhi berat-ringannya hukuman yang akan dikenakan pada pemberi preparat tersebut. 

4 Racunnya sendiri 

a) Dosis 

Besar-kecilnya dosis racun akan menentukan berat-ringannya akibat yang ditimbulkan. Dalam hal ini tidak boleh dilupakan akan adanya faktor toleransi, dan intoleransi individual. Pada intoleransi, gejala keracunan akan tampak walaupun racun yang masuk ke dalam tubuh belum mencapai level toksik. Keadaan intoleransi tersebut dapat bersifat bawaan / kongenital atau intoleransi yang didapat setelah seseorang menderita penyakit yang mengakibatkan gangguan pada organ yang berfungsi melakukan detoksifikasi dan ekskresi. 

b) Konsentrasi 

Untuk racun-racun yang kerjanya dalam tubuh secara lokal misalnya zat-zat korosif, konsentrasi lebih penting bila dibandingkan dengan dosis total. Keadaan tersebut berbeda dengan racun yang bekerja secara sistemik, dimana dalam hal ini dosislah yang berperan dalam menentukan berat-ringannya akibat yang ditimbulkan oleh racun tersebut. 

5 Bentuk dan kombinasi fisik 

Racun yang berbentuk cair tentunya akan lebih cepat menimbulkan efek bila dibandingkan dengan yang berbentuk padat. Seseorang yang menelan racun dalam keadaan lambung kosong, tentu akan lebih cepat keracunan bila dibandingkan dengan orang yang menelan racun dalam keadaan lambungnya berisi makanan. 

6 Adiksi dan sinergisme 

Barbiturate, misalnya jika diberikan bersama-sama dengan alkohol, morfin, atau CO, dapat menyebabkan kematian, walaupun dosis barbiturate yang diberikan jauh di bawah dosis letal. Dari segi hukum kedokteran kehakiman, kemungkinan-kemungkinan terjadinya hal seperti itu tidak boleh dilupakan, terutama jika menghadapi kasus dimana kadar racun yang ditemukan rendah sekali, dan dalam hal demikian harus dicari kemungkinan adanya racun lain yang mempunyai sifat aditif (sinergitik dengan racun yang ditemukan), sebelum kita tiba pada kesimpulan bahwa kematian korban disebabkan karena reaksi anafilaksi yang fatal atau karena adanya intoleransi. 

7 Susunan kimia 

Ada beberapa zat yang jika diberikan dalam susunan kimia tertentu tidak akan menimbulkan gejala keracunan, tetapi bila diberikan secara tersendiri terjadi hal yang sebaliknya. 

8 Antagonisme 

Kadang-kadang dijumpai kasus dimana seseorang memakan lebih dari satu macam racun, tetapi tidak mengakibatkan apa-apa, oleh karena reaksi-reaksi tersebut saling menetralisir satu sama lain. Dalam klinik adanya sifat antagonis ini dimanfaatkan untuk pengobatan, misalnya nalorfin dan kaloxone yang dipakai untuk mengatasi depresi pernafasan dan oedema paru-paru yang terjadi pada keracunan akut obat-obatan golongan narkotik. 

Pengaruh efek racun terhadap tubuh dipengaruhi beberapa faktor : 
  1. Sifat fisik bahan kimia, misal berwujud padat, gas, debu, kabut dan lain-lain. 
  2. Dosis beracun, jumlah konsentrasi racun yang masuk dalam badan 
  3. Lamanya pemaparan 
  4. Sifat kimia zat beracun, missal jenis persenyawaan, kelarutan dalam jaringan tubuh dan jenis pelarut. 
  5. Rute (jalan masuk ke badan) yang bisa melalui pernafasan, pencernaan, kulit serta selaput lendir. 
  6. Faktor-faktor pekerja, seperti umur, jenis keamin, derajat kesehatan tubuh, daya tahan, kebiasaan, nutrisi, tingkat kelemahan tubuh dan faktor genetik. 
Efek toksik bagi tubuh manusia terbagi 2 yaitu : 

a. Efek akut 

Efek akut adalah pengaruh sejumlah dosis tertentu yang akibatnya dapat dilihat atau dirasakan dalam waktu pendek. Contohnya keracunan fenol dapat menyebabkan diare dan keracunan gas CO dapat menimbulkan hilang kesadaran atau kematian dalam waktu pendek. 

b. Efek kronis 

Efek kronis adalah suatu akibat keracunan bahan-bahan kimia dalam dosis kecil tetapi terus-menerus dan efeknya baru dapat dirasakan dalam jangka panjang. Menghirup uap benzene dan senyawa terklorinasi (kloroform, karbon tetraklorida) dalam keadaan rendah tetapi terus-menerus akan menimbulkan penyakit hati atau lever. Demikian pula uap timbale akan menimbulkan kerusakan dalam darah. 

Pada percobaan binatang ahli toksikologi membagi paparan akibat bahan polutan menjadi 4 kategori : 
  1. Akut, Paparan akut apabila suatu paparan terjadi kurang dari 24 jam dan jalan masuknya dapat melalui intravena dan injeksi subkutan. 
  2. Sub Akut, Terjadi apabila paparan terulang untuk waktu satu bulan atau kurang. 
  3. Sub kronis, Bila paparan terulang antara 1 sampai 3 bulan. 
  4. Kronis, Apabila terulang lebih Dari 3 bulan 
Lima racun dari ratusan racun di sekitar kita: 

Merkuri
Efek: sel kekebalan tubuh melawan sel tubuh kita sendiri, sehingga menyebabkan antara lain artritis, tiroiditis, multiple sklerosis, dan lupus. Merkuri juga mengganggu sistem saraf. Semua kerusakan yang diakibatkan merkuri bersifat permanen. Merkuri umumnya terdapat di makanan laut. 
Solusi: kurangi konsumsi seafood. 

Kadmium
Efek: menyebabkan pembengkakan jantung, hipertensi, dan mengganggu fungsi ginjal. Salah satu sumber utama kadmium adalah kerang-kerangan. 
Solusi: kurangi konsumsi lobster, kepiting, dan tiram. Mereka menyerap virus, limbah, dan sejumlah besar kadmium, yang dapat menimbulkan keracunan. Kadmium juga ditemukan persediaan air, khususnya dalam pipa berlapis seng. Karena itu sebaiknya tidak minum langsung dari keran. 

Timah
Efek: mengganggu fungsi otak dan sistem saraf, serta melumpuhkan zinc, tembaga, dan zat besi, mineral yang sangat penting bagi tubuh kita. Timah dijumpai dalam hampir setiap makanan, khususnya jika makanan yang berasal dari tanaman di dekat daerah industri atau dekat jalan raya yang ramai. Partikel timah yang dikeluarkan knalpot, diserap tanaman dan binatang, lalu masuk ke tubuh kita lewat mereka. 
Solusi: Hindari berolahraga di jalanan yang terpolusi dan hindari makanan dalam kemasan. 

Aluminium
Efek: berdasarkan penelitian, penyakit alzheimer berkaitan dengan aluminium. 
Solusi: kurangi asupan alumunium yang antara lain terkandung dalam obat maag, baking powder, keju proses, dan garam meja. Hindari pula antiperspirant yang mengandung aluminium. 

Karbonmonoksida
Efek: gas yang berbahaya ini mampu merusak lapisan dalam pembuluh darah dan meningkatkan endapan lemak pada dinding pembuluh darah. Akibatnya, meningkatkan risiko serangan jantung.
Solusi: hindari terlalu sering terpapar asap kendaraan. Kalau menunggu kendaraan umum di pinggir jalan, gunakan masker. 
loading...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Info Kesehatan Anda

loading...

Rizkibio Web Learning

Entri Populer